Kamis, 03 Februari 2011

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA PADA KOPERASI KARYAWAN DI PROVINSI GORONTALO

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah sebuah subjek yang sangat menarik saat kita berada pada masa yang serba kompetitif. Harian-harian (bukan hanya penerbitan bisnis) serta radio dan televisi menyajikan cerita-cerita yang dramatis tentang pertumbuhan dan penurunan perusahaan, pengambilalihan perusahaan dan berbagai jenis restrukturisasi perusahaan. Untuk dapat memahami perkembangan ini dan untuk ikut serta didalamnya secara efektif diperlukan pengetahuan tentang prinsip keuangan.
Kesuksesan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan manajer keuangan untuk beradaptasi terhadap perubahan, meningkatkan dana perusahaan, sehingga kebutuhan perusahaan dapat terpenuhi, investasi dalam aset-aset perusahaan dan kemampuan mengelolanya secara bijaksana. Apabila perusahaannya dapat dikembangkan dengan baik oleh manajer keuangan, maka pada gilirannya kondisi perekonomian menjadi lebih baik. Seandainya secara luas dana-dana dialokasikan secara tidak tepat, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi lambat. Dalam satu perekonomian, efisiensi alokasi sumber-sumber daya adalah sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi secara optimal. Hal ini juga penting untuk menjamin bahwa individu-individu dapat mencapai kepuasan tertinggi bagi kebutuhan-kebutuhan pribadi mereka. Jadi, melalui investasi, pembelanjaan, dan pengelolaan aset-aset secara efisien, manajer keuangan memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan perusahaan dan pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.
Menurut Sabardi (1995 : 2), Manajemen keuangan dapat diartikan membahas tentang investasi, pembelanjaan, dan pengelolaan aset-aset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan. Jadi, fungsi keputusan dari manajemen keuangan dapat dipisahkan kedalam bidang pokok yaitu :
1.      Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan hal penting dari ketiga keputusan pokok perusahaan. Keputusan ini dimulai dari penetapan jumlah asset yang akan digunakan oleh perusahaan. Apabila kita lihat neraca disebelah debet (sebelah kiri), total aset yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap (dibedakan berdasarkan cara dan lama perputaran aktivanya) merupakan kekayaan dari perusahaan yang menunjukan ukuran dari perusahaan tersebut. Manajer keuangan menginginkan untuk menetapkan jumlah rupiah dari total aset. Meskipun jumlah tersebut sudah diketahui, komposisi dari aset-aset tersebut masih harus ditentukan.
2.      Keputusan Pembelanjaan
Keputusan ini merupakan keputusan pokok kedua dari perusahaan. Disini manajer keuangan harus menentukan bahwa total asset yang tampak dalam neraca sebelah debet, harus dipenuhi dari modal sendiri seluruhnya atau sebagian dari utang perusahaan. Hal ini terlihat jelas dalam neraca sebeleh kredit (sebelah kanan) yang menunjukan sumber atau asal kekayaan. Setiap perusahaan meskipun bergerak dalam industri sejenis, komposisi besarnya modal sendiri dan utang tampak berbeda-beda. Beberapa perusahaan mempunyai jumlah utang yang relatif besar, sementara perusahaan yang lain hanya mempunyai jumlah utang sedikit. Keputusan komposisi yang tepat antara besarnya utang dan modal sendiri dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Keputusan yang tepat dari manajer keuangan tersebut merupakan keinginan dari setiap perusahaan.
Sebagai tambahan, kebijakan dividen (keputusan tentang besarnya dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham) dianggap sebagai bagian integral dari keputusan pembelanjaan perusahaan. Dividen Payout Ratio (DPR) meletakkan sejumlah pendapatan yang dapat ditahan oleh perusahaan. Ditahannya pendapatan sekarang yang besar oleh perusahaan mepunyai arti bahwa perusahaan hanya menyediakan sejumlah rupiah yang lebih kecil untuk pembayaran yang dividen. 
3.      Keputusan Manajemen Aset
Meskipun aset-aset telah diperoleh dan pembelanjaan yang baik telah disiapkan, tetapi aset-aset tersebut masih harus dikelola secara efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab diberbagai tingkat pengoperasian asset-aset tersebut. Tanggungjawab manajer keuangan lebih terpusat pada pengelolaan aktiva lancar, sehingga tanggungjawabnya terhadap pengelolaan aktiva tetap lebih kecil disbanding terhadap pengelolaan aktiva lancar.
Menurut Sutrisno (2007 : 3) setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mecari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus mampu diupayakan oleh manajer keuangan. Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Usaha untuk mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif, dan bila kita lihat dineraca akan terlihat disisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan dineraca akan terlihat disisi aktiva.


 




Gambar 2.1. : Hubungan manajemen keuangan dan neraca

Fungsi manajemen keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti pemasaran, produksi maupun sumber daya manusia. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan, meghambat dalam penarikan sumberdaya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.
Fungsi manajemen keuangan, terdiri dari 3 (tiga) keputusan utama yang harus dilakukan oleh perusahaan yang terdiri dari :
1.      Keputusan investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaiman manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan dimasa depan. Keuntungan diamasa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung resiko atau ketidakpastian. Resiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.
2.      Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sember dana yang ekonomisa dari perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
3.      Keputusan dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh Karena itu, dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan :
a.       Besarnya prosentase laba yang dibagikan pada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend
b.      Stabilitas dividen yang dibagikan
c.       Dividen saham (stock dividend)
d.      Pemecahan saham (stock split)
e.       Penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Secara skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut :




Gambar 2.2. : Manajer Keuangan Sebagai Penyalur Dana

Menurut Mus (2007 : 3) Keseluruhan keputusan keuangan didalam perusahaan, selalu memiliki konsekuensi keuangan, oleh karena itu, maka setiap manajer keuangan perusahaan harus dapat menjaga keseimbangan keuangan dalam perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat dilaksanakan, jika kekuatan internal perusahaan memiliki keunggulan (advantage) atau daya dukung yang tinggi, misalnya :
1.      Kekuatan pemasaran
2.      Penetapan besar kecilnya persediaan barang
3.      Pemanfaatan kapasitas produksi
4.      Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia
5.      Riset dan pengembangan (R&D)
Fugsi pokok manajer keuangan (financial manager) pada dasarnya adalah merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan perolehan dan penggunaan dana dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm). Itulah sebabnya, keberhasilan manajer sering diidentikkan dengan keberhasilan perusahaan secara keseluruhan, karena peran manajer keuangan menyangkut secara keseluruhan yang menjadi tujuan perusahaan.

B.     Laporan Keuangan
1        Pengertian Laporan Keuangan
Untuk memperoleh gambaran dari kondisi keuangan suatu perusahaan, dapat dilihat dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (1993 : 17) mengungkapkan bahwa laporan keuangan adalah merupakan ringkasan dari proses pencatatan suatu ringkasan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajemen yang merupakan ringkasan dari transaksi keuangan selama tahun buku, disamping pemilik perusahaan berkepentingan terhadap laporan tersebut juga pihak-pihak yang terkait lainnya.
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan diantaranya adalah :
1        Manajemen
Dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan membantu manajemen dalam memilih dan menentukan kebijaksanaan dalam pembelian, penjualan dan pembelanjaan yang akan dilakukan di waktu yang akan dating. Dengan menganalisa laporan tersebut akan diketahui tingkat perputaran modal dalam aktiva dan diketahui penggunaan modal dengan sumber-sumbernya.
2        Pemilik Perusahaan
Pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Dengan menganalisa laporan tersebut pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaannya. Oleh karena itu hasil-hasil stabilitas serta kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada cara kerja efektivitas manajemennya. Jika hasil-hasil yang dicapai oleh manajemen perusahaan tidak memuaskan, maka para pemilik perusahaan dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual saham-sahamnya.
3        Investor
Dengan melakukan analisa dari laporan keuangan, investor dapat menentukan kebijakan peranan modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil (rate of return) dari modal yang telah atau akan ditanamkan dalam suatu perusahaan. Apakah investor akan menanamkan modalnya dalam bentuk obligasi, saham biasa atau saham prioritas, hal ini sangat tergantung dari hasil analisanya.
4        Pemerintah
Pemerintah, dimana perusahaan tersebut berada sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Bukan hanya Departemen Perpajakan yang berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan, tetapi juga sangat diperlukan oleh lembaga pemerintahan lainnya seperti Biro Pusat statistik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Tenaga Kerja, Departemen Keuangan dan Teknis yang membawahinya (apabila perusahaan tersebut berbentuk BUMN) untuk dasar dalam membuat perencanaan pemerintah dan dasar pengambilan kebijaksanaan pemerintah.


5        Karyawan
Karyawan berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan dimana mereka bekerja, karena sumber penghasilan sangat bergantung pada perkembangan perusahaan.
6        Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan suatu perusahaan yang bermohon pinjaman untuk dijadikan dasar yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
7        Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
8        Pihak-Pihak Lain
Pihak lain yang berkepentingan dengan laporan keuangan misalnya lembaga pendidikan sebagai salah satu badan dalam melakukan penelitian dan masih banyak pihak lainnya yang berkepentingan.


2.      Karakteristik Laporan Keuangan
Sebagaimana yang telah diuraikan tersebut diatas bahwa agar laporan keuangan dapat dengan mudah dibaca oleh pihak yang berkepentingan, maka penyusunan didasarkan pada prinsip akuntansi yang lazim. Di Indonesia penyusunan laporan keuangan didasarkan pada standar akuntansi keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (1 Juni 1996) yang tertuang dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada bab pembahasan karakteristik kualitatif laporan keuangan paragraph 24-26 :
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, terdapat 4 (empat) karakteristik pokok, yaitu :
1.      Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan dan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pihak tertentu.


2.      Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predicate) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar prediksi posisi keuangan dan kinerja masa yang akan datang dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran deviden dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian resiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus ini, baik hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai kasus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
3.      Keandalan
Agar bermanfaat informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfulrepresentation) dari yang seharusnya disajikan adalah secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang dianggap kurang kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan atau dalam menyusun adlah menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna dan transaksi tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga perusahaan pada umumnya tidak mengakui dalam laporan keuangan. Misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun dalam kasus lain pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan resiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukuran.
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realita ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak tergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan plain yang mempunyai kepentingan yang berlawanaan.
4.      Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi secara relatif. Oleh karena itu pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antara periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
3.      Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan
Bentuk dan susunan laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan sangat tergantung pada siapa laporan keuangan tersebut disajikan. Menurut Zaki Baridwan (1993 : 18) laporan keuangan yang disusun oleh manajemen biasanya terdiri dari :
1.      Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu.
2.      Laporan Rugi Laba, yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama periode akuntansi.
3.      Laporan perubahan modal, yaitu laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah pada akhir periode.
4.      Laporan perubahan posisi keuangan (statement of changes in financial position), yaitu menunjukkan arus dana dan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
Pengertian neraca menurut Slamet Munawir (1995 : 13) adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi perusahaan pada suatu periode tertentu, biasanya pada waktu tutup buku dan sisanya ditentukan pada akhir tahun fiskal atau tahun kalender sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet.
Dari pengertian tersebut diatas dapat diketahui bahwa neraca merupakan laporan yang menginformasikan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu dimana dalam laporan tersebut terdiri dari :
1.      Aktiva
Aktiva merupakan manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang diharapkan akan diterima oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari transaksi-transaksi di masa yang lalu.
Adapun elemen-elemen dari aktiva meliputi :
a.       Aktiva Lancar
Aktiva Lancar adalah kas dan harta lainnya yang diperkirakan dapat dikonversikan menjadi uang kas, dijual atau dikonsumsi baik dalam jangka waktu satu tahun atau dalam siklus operasi perusahaan. Dalam menyajikan aktiva lancar ini disusun berdasarkan tingkat likuiditasnya. Adapun aktiva lancar meliputi kas, investasi jangka pendek, piutang, persediaan, serta beban yang dibayar di muka.
b.      Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar merupakan aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode akuntansi atau aktiva yang tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan. Yang termasuk dalam aktiva tidak lancer diantaranya investasi jangka panjang, aktiva tetap seperti tanah yang diatasnya didirikan bangunan kantor, bangunan, peralatan operasional perusahaan dan peralatan operasional lainnya, aktiva tidak berwujud seperti hak cipta, hak paten dan lain-lainnya, beban yang ditangguhkan seperti biaya pemasaran, biaya penelitian, aktiva lainnya seperti aktiva dalam konstruksi.
2.      Hutang
Hutang merupakan semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum dipenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Adapun elemen-elemen dari hutang meliputi :
a.       Hutang Lancar
Hutang lancer atau hutang jangka pendek merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya dilakukan dalam jangka waktu pendek atau satu tahun sejak tanggal neraca dengan menggunakan aktiva lancar seperti hutang dagang, hutang pajak, biaya yang masih harus dibayar, hutang jangka panjang yang jatuh tempo, penghasilan yang diterima di muka.
b.      Hutang Jangka Panjang
Hutang jangka panjang merupakan kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca seperti hutang obligasi, hutang hipotik dan hutang jangka panjang lainnya.



C.    Modal
1        Pengertian Modal
Modal merupakan Faktor penting dalam operasi Perusahaan untuk mencapai tujuannya. Modal disini mencakup pengertian yang sangat luas meliputi berbagai Aspek yang turut serta dalam perusahaan untuk memberikan hasil yang lebih besar dari pada sebelumnya.
Pengertian modal dapat ditinjau berdasarkan “four concept of capital”. Yang dikembangakan oleh Tedja. L. Rutjiata. Romli. M. Kurdi dan A. Mubin (1988 : 3) adalah :
1.      Legal View Of Capital
Dari segi hukum, capital biasanya diartikan sebagai modal saham yang dinyatakan dalam akte pendirian suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, dimana dalam neraca dinyatakan dalam nilai nominal yang merupakan suatu jumlah tetap. Perubahan jumlah modal saham harus mendapat persetujuan para pemegang saham dan dilakukan didepan notaries.
2.      Accounting View Of Capital
Menurut pandangan dari sudut akuntansi, modal perusahaan adalah selisih antara total asset dan total liabilities, atau sama dengan modal sendiri yang juga menunjukkan solvabilitas perusahaan. Kritik terhadap pendapat ini adalah bahwa modal suatu perusahaan tidak hanya dari modal sendiri saja tetapi dapat pula menggunakan modal pinjaman sedangkan dari segi akuntansi lebih menitikberatkan pada capital resource yang terdapat pada sisi kanan neraca.
3.      Bussines View Of Capital
Pandangan dari segi bisnis ini hanya melihat pada sebelah debet neraca dengan mengabaikan darimana modal tersebut diperoleh, jadi merupakan kebalikan dari Accounting View Of Capital.
4.      Economic view of capital
Para ekonom menyatakan modal sebagai kekayaan yang digunakan dalam proses produksi untuk mendapatkan kekayaan selanjutnya. Pendapat ini melihat baik sisi debet maupun kredit maupun neraca. Penggunaan modal tersebut didasarkan pada asas komplementaritas dimana terdapat suatu keharusan untuk menggunakan barang modal dengan pemilihan yang tepat untuk memperoleh pendapatan.
Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa modal adalah kolektivitas dari barang-barang modal yang masih ada dalam perusahaan dan modal tersebut harus merupakan suatu kesatuan ekonomi yang riil, apabila dengan situasi diperoleh laba yang layak.
2        Jenis-jenis Modal
Jenis-jenis modal dapat diklasifikasikan dalam beberapa macam, hal ini tergantung dari sudut mana modal tersebut dilihat. Dalam hal ini jenis-jenis modal yang dimaksudkan adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Bambang Riyanto (1993 : 12) jenis-jenis modal yang dapat dilihat dari neraca perusahan meliputi :
1.      Modal Aktif (Modal yang menunjukkan bentuknya)
Modal aktif adalah modal yang tertera disebelah debet dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana dari seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan.
Adapun modal aktif akan dibedakan menjadi :
a.       Berdasarkan cara dan lamanya perputaran modal aktif, meliputi :
1.      Aktiva Lancar, yaitu aktiva yang habis satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
2.      Aktiva tetap, yaitu aktiva yang tahan lama dan tidak ada atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi.
b.      Berdasarkan fungsi bekerjanya aktiva dalam perusahaan, modal aktif dapat dibedakan menjadi : pertama, modal kerja (working capital) dan kedua, modal tetap (fixed capital assets). Untuk memberikan gambaran pengertian kedua modal tersebut dapat dilihat dari perbedaan fungsional antara modal kerja dan modal tetap sebagai berikut :
1.      Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap, sekali dibeli tidak mudah dikurangi atau diperkecil. Dalam keadaan gelombang ekonomi yang menurun, modal kerja dapat dengan segera dikurangi, tetapi modal tetap tidak dapat dengan segera dikurangi sehingga selalu ketinggalan waktu. Demikian pula sebaliknya dalam keadaan gelombang ekonomi naik, modal tetap tidak dapat segera diperbesar atau disesuaikan.
2.      Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan susunan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen-elemen dari modal tetap tidak segera mengalami perubahan-perubahan.
3.      Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu panjang.
2.      Modal Pasif (Modal yang menunjukkan sumbernya atau asalnya)
Modal pasif merupakan modal yang tertera dalam neraca pada sisi sebelah kredit , modal ini menggambarkan dari mana sumber modal tersebut diperoleh. Modal ini akan dibedakan menjadi modal yang berasal dari sumber intern dan modal yang berasal dari sumber ekstern.
Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal yang dibentuk dari dalam perusahaan atau modal yang berasal dari pemilik peusahaan. Adapun bentuk dari modal ini dapat berupa modal sendiri (modal saham), laba yang tidak dibagikan, cadangan dari surplus. Sedangkan yang berasal dari sumber ekstern adalah modal yang berasal dari luar perusahaan atau sering disebut modal asing. Adapun modal ini dapat berupa pinjaman dari para kreditur baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang.
D.    Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasional perusahaan sehari-hari dengan harapan bahwa uang atau  dana yang dikeluarkan akan dapat kembali masuk dalam perusahaan melalui hasil penjualan produksinya. Seperti yang dikemukakan oleh J. Fred Weston dan Eugene P. Brigham (1998 : 410) yang memberikan defenisi tentang modal kerja, yaitu investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek atau kas, sekuritas yang mudah dipasarkan persediaan atau piutang usaha. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek, maka modal kerja terdiri dari aktiva lancar. Aktiva lancar yang utama adalah kas, piutang dan persediaan. Mengelola modal kerja berarti mengelola aktiva yang biasanya dikaitkan dengan hutang lancar.
Oleh sebab itu, dalam memahami pengertian modal kerja, berkaitan pula dengan hutang lancar, dan selanjutmya dalam pemahaman mengenai modal kerja berarti pemahaman terhadap konsep modal kerja.  
Selain  itu,  definisi modal kerja menurut  Munawir (1998 : 114-116) yaitu :
1.  Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menggangap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (groos working capital).
Menurut konsep kuantitatif, modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang elemen-elemennya, antara lain :
a.       Kas
Kas merupakan aktiva yang paling dibutuhkan oleh setiap perusahaan. Kas tidak berhenti mengalir keluar masuk seiring dengan kegiatan perusahaan sehari-hari.
b.  Piutang
Salah satu bentuk yang banyak dimiliki perusahaan adalah piutang. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan kredit dan juga karena adanya pinjaman kredit. Penjualan kredit ini dilakukan oleh setiap perusahaan demi meningkatkan volume penjualan barang. Dari penjualan kredit timbul piutang dan pada saat tertentu piutang berubah menjadi uang kas. Dengan demikian, piutang adalah salah satu elemen modal kerja yang selalu berputar. Jangka waktu yang diperlukan untuk perputaran ini disebut periode perputaran piutang. Makin singkat perputaran piutang berarti makin cepat dana akan kembali dan siap ditanamkan lagi.
c.   Persediaan
Yang dimaksud dengan persediaan adalah berbagai macam barang yang akan diproses atau dijual sesuai dengan kegiatan utama perusahaan. Persediaan ini perlu pengaturan agar dana yang tertanam tidak akan sia-sia. Pengaturan persediaan dimaksudkan agar jumlahnya normal, artinya jumlah yang dimiliki perusahaan tidak terlalu besar sehingga berlebih-lebihan dan tidak pula terlalu kecil sehingga perusahaan mengalami kekurangan.
2.  Konsep Kualitatif 
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja. Dalam konsep ini, pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pihak pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
3.  Konsep Fungsional.
Konsep fungsional menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka mengahasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Menurut jenisnya, W. B. Taylor dalam Riyanto (1998 : 61) menggolongkan modal kerja dalam beberapa golongan, yaitu :
  1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen (permanent working capital), yaitu modal kerja  yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan dalam :
a.       Modal Kerja Primer (Primery Working Capital), yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinutas usahanya.
b.      Modal Kerja Normal (Normal Working Capital), yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal.
2.   Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel (variable working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan dengan keadaan. Modal kerja variabel dapat dikelompokkan menjadi :
a.   Modal Kerja Musiman (Season Working Capital)
Modal kerja musiman (season working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah disebabkan karena fluktuasi musim.

b.   Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Yang dimaksud dengan modal kerja siklis (cyclical working capital), yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
c.   Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja darurat (emergency working capital), yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumya, misalnya adanya pemogokkan buruh, perubahan ekonomi mendadak dan sebagainya.
Agus Sabardi (1995 :174-175) mengungkapkan ada 2 (dua) konsep utama tentang modal kerja yaitu modal kerja netto (Net Working Capital) dan modal kerja brutto (Gross Working Capital). Modal kerja netto adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Sedangkan modal kerja brutto adalah semua pos aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Manajemen modal kerja merupakan administrasi aktiva lancar perusahaan dan kebutuhan pembelanjaan untuk memenuhi aktiva lancar. Modal kerja yang terlalu besar dari kebutuhan nyata akan mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan dana perusahaan. Sebaliknya, bila modal kerjanya terlalu kecil juga akan mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Selanjutnya beliau menyatakan bahwa yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu penentuan dari :

  1. Tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar
  2. Campuran pembelanjaan jangka pendek dan pembelanjaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.
Sebagai aktiva lancar, modal kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan pada :
  1. Komponen-komponen seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan.
  2. Waktu, yaitu permanen atau sementara (musiman).
Modal kerja permanen adalah sejumlah aktiva lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang. Modal kerja ini paling sederhana tetapi paling penting. Modal kerja permanen adalah serupa dengan aktiva tetap perusahaan dalam dua hal yang penting. Pertama, investasi rupiah dalam kedua kelompok aktiva adalah jangka panjang. Jadi, pemasok modal perusahaan menyadari bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar permanen adalah jangka panjang, meskipun tampak kontradiktif bahwa aktiva tersebut dikatakan “lancar”. Kedua, untuk pertumbuhan perusahaan, tingkat modal kerja permanen yang dibutuhkan akan meningkat sepanjang waktu, dalam cara yang sama aktiva tetap perusahaan akan meningkat sepanjang waktu. Bagaimanapun juga modal kerja permanen berbeda dengan aktiva tetap dalamsatu hal yang penting yaitu berubah secara konstan.
Modal kerja sementara adalah investasi dalam aktiva lancar yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan musiman. Seperti modal kerja permanen, modal kerja musiman juga terdiri dari aktiva lancar dalam bentuk yang berubah secara konstan.
Menurut Brigham dan Houston (2006 : 129-132) manajemen modal kerja berkaitan dengan manajemen aktiva lancar, yaitu kas, piutang, dan persediaan, serta prosedur pendanaan aktiva tersebut. Kebijakan modal kerja akan melibatkan jumlah aktiva lancar yang layak untuk dimiliki perusahaan, baik secara total maupun untuk masing-masing akun yang spesifik, selain itu juga kebijakan modal kerja adalah kebijakan-kebijakan perusahaan sehubungan dengan ; pertama, tingkat sasaran untuk masing-masing kategori aktiva lancar, dan kedua, bagaimana aktiva lancar akan didanai.
Lebih lanjut Brigham dan Houston mengungkapkan beberapa definisi dan konsep-konsep dasar mengenai kebijakan modal kerja, yaitu :
  1. Modal kerja, atau kadang-kadang disebut juga modal kerja kotor, sebenarnya adalah aktiva lancar yang digunakan dalam operasi.
  2. Modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar minus kewajiban lancar.
  3. Modal kerja operasi bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar minus kewajiban lancar yang tidak dikenakan bunga. Lebih spesifik lagi, modal kerja operasi bersih seringkali dinyatakan sebagai kas dan sekuritas, piutang dan persediaan, dikurangi dengan utang dagang dan kewajiban akrual.
Masih dalam penulis yang sama, menjelaskan bahwa istilah modal kerja dulu berasal dari pedagang Yankee lama, yang memuat keretanya dengan barang-barang dagangan dan kemudian menjalani rutenya untuk menjual barang-barang tersebut. Barang dagangan itu disebut modal kerja karena barang itu memang adalah barang yang benar-benar dijual, atau “diputar” untuk menghasilkan laba. Kereta dan kuda adalah aktiva tetapnya. Pedagang tersebut biasanya memiliki sendiri kuda dan kereta, sehingga artinya aktiva tersebut didanai dengan modal “ekuitas”, tetapi ia meminjam uang untuk membeli barang dagangannya. Pinjaman ini disebut pinjaman modal kerja (working capital loan), dan harus dilunasi setelah setiap perjalanan untuk menunjukkan kepada bank bahwa kredit yang diberikan adalah kredit yang baik. Jika pedagang tersebut mampu melunasi pinjamannya, maka bank akan mau memberikan pinjaman lagi,dan bank yang mengikuti prosedur ini dikatakan telah menerapkan “praktik perbankan yang baik”.
Konsep manajemen modal kerja tersebut, menunjukkan kegiatan meminjam uang untuk membeli persediaan, menjual persediaan untuk melunasi pinjaman bank, dan kemudian mengulangi lagi siklus tersebut. Perusahaan umumnya mengikuti sebuah siklus dimana perusahaan membeli persediaan, menjual barang dagangan secara kredit, dan kemudian menagihkan piutangnya. Siklus ini disebut Siklus konversi kas dan telah diterapkan pada bisnis yang lebih kompleks lagi, dimana konsep tersebut digunakan untuk menganalisis efektivitas dari manajemen modal kerja sebuah perusahaan.
Menurut Keown (2005 : 196) karena kemampuan manajemen modal kerja setiap perusahaan tidak sama, maka muncul kebutuhan untuk mengukur efektivitasnya. Metode yang cukup populer untuk mengevaluasi efektivitas perusahaan dalam mengelola modal kerjanya memakai pendekatan ; bahwa tujuan perusahaan adalah meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Meminimalkan modal kerja bisa dicapai dengan mempercepat penagihan (collection) kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Model analisis yang bisa mencakup semua hal tersebut adalah dengan memakai alat ukur yang disebut siklus konversi kas (Cash Convesion Cycle)

E.     Permodalan Koperasi
Aktivitas permodalan koperasi merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan mencari, memperoleh, dan menyediakan modal dengan biaya minimal serta menggunakannya seefisien mungkin berdasarkan sendi-sendi dasar koperasi. Modal merupakan salah satu  indikator  yang   mempengaruhi   kemajuan usaha koperasi dan berkaitan erat dengan indikator lainnya seperti  volume usaha, skala usaha (termasuk keanekaragaman usaha) dan tingkat penerapan teknologi.
Permodalan koperasi menurut UU No.25 tahun 1992 terdiri atas :
1.      Modal Sendiri
Modal sendiri adalah modal yang mengandung resiko atau disebut equity yang berasal dari simpanan-simpanan berikut :
a.       Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya dengan yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
b.      Simpanan wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
c.       Dana cadangan, yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk menutup modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
2.      Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah modal yang berasal dari para anggota sendiri atau dari koperasi lain atau dari lembaga-lembaga keuangan/bank. Selain itu dapat pula diperoleh dengan cara penerbitan obligasi dan surat utang lainnya sesuai perundangan yang berlaku.
3.      Modal Penyertaan
Modal penyertaan adalah modal yang bersumber dari pemerintah atau dari masyarakat dalam bentuk investasi. Dalam hubungan ini diatur bahwa pemilik modal penyertaan tidak mempunyai kekuasaan dalam rapat anggota dan dalam menentukan kebijakan koperasi secara keseluruhan, tetapi pemilik modal tersebut dapat diikutkan dalam pengelolaan dan pengawasan usaha investasi sesuai perjanjian.


B.     Penelitian Terdahulu
Pada umumnya perusahaan-perusahaan untuk menganalisis efektivitas dari manajemen modal kerja menggunakan analisis siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle - CCC), yaitu model yang menggabungkan periode konversi persediaan (inventory conversion period) dengan periode penerimaan piutang (receivables conversion period) dikurangi periode penangguhan utang (payables deferal period).
Pada tahun 1989 Dell adalah perusahaan yang sangat baru yang siklus konversi kas (CCC) nya adalah 121,88 hari. Sepuluh tahun kedepan yaitu pada tahun 1998, Dell telah menurunkan angka tersebut menjadi -18,2 hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan modal kerja yang agresif. Dell mencapai penurunan CCC yang fenomenal ini melalui manajemen persediaan yang efektif dimana periode konversi persediaan turun tajam dari 132,04 hari pada tahun 1989 menjadi 9,13 hari pada tahun 1998, dan pembayaran utang dagang yang lebih baik dimana periode penangguhan hutang naik dari 47,46 hari pada tahun 1989 menjadi 62,13 hari pada tahun 1998. Secara spesifik, Dell, penjual komputer pribadi yang memakai system direct market, tidak merakit komputer sampai mereka menerima pesanan. Dell membeli supply dengan utang dagang. Metode bisnis ini menghasilkan investasi yang minimal pada persediaan. Dell secara nyata telah memperbaiki manajemen modal kerjanya dalam jangka waktu tahun 1989 – 1998.